Kamis, 04 Januari 2018

Perencanaan Kapasitas Pada PT. Unilever Indonesia Tbk.

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Unilever Indonesia adalah bagian dari perusahaan global yang menyediakan produk kebutuhan sehari-hari yang sudah hadir di lebih dari 150 negara di seluruh dunia. PT. Unilever Indonesia adalah salah satu dari tulang punggung bisnis Unilever di negara-negara berkembang.
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2- 1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981. Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
PT unilever Indonesia Tbk adalah perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) berencana akan menambah kapasitas pabrik pada tahun 2017 ini. Presiden Direktur UNVR Hemant Bakshi mengatakan, sebagian besar belanja modal akan digunakan untuk penambahan kapasitas pabrik.
Belanja modal tahun ini, tidak jauh berbeda dari yang sudah direalisasikan tahun 2016 lalu. Faktor daya beli masyarakat yang masih lemah menjadi salah satu alasan pertumbuhan penjualan tidak akan jauh berbeda dari tahun lalu. Diperkirakan belanja modal tahun 2017 sebesar 115 juta Euro.
Sebagaimana diketahui, Unilever Indonesia saat ini memiliki sembilan pabrik yang berada di Cikarang Bekasi, Jawa Barat dan Rungkut Surabaya Jawa Timur. Unilever Indonesia juga menjadi salah satu perusahaan FMCG yang memanfaatkan kawasan ekonomi khusus (KEK), Sei Mangkei, Sumatera Utara.
Perseroan ini akan terus meningkatkan kapasitas produksi baik pabrik eksisting maupun yang baru. Selain itu, UNVR juga akan terus berinovasi untuk mengembangkan produk yang dapat diterima pasar.
Penulis memilih judul tentang kapasitas produksi PT. Unilever Indonesia karena mengingat PT. Unilever Indonesia merupakan sebuah perusahan yang besar dan banyak menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan rumah tangga, sehingga penulis tertarik untuk membahas tentang kapasitas produksi perusahaan tersebut.

B.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui  definisi kapasitas.
2.      Untuk mengetahui bagaimana perencanaan kapasitas yang baik untuk sebuah perusahaan.
3.      Untuk mengetahui bagaimana cara memperkirakan kebutuhan kapasitas di masa yang akan datang.
4.      Untuk mengetahui bagaimana kapasitas pada PT. Unilever Indonesia Tbk.











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Uraian Teori
1.      Pengertian Kapasitas
Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu. Menurut Chase dan Aquilano (1995), Chase dkk. (2001) serta Rusel dan Taylor (2000), kapasitas merupakan jumlah keluaran yang dapat dihasilkan oleh suatu sistem produksi dalam cakrawala waktu tertentu, yaitu selama satu tahun atau dalam beberapa tahun mendatang. Kapasitas juga dapat diartikan sebagai jumlah unit produk yang dapat ditanganin, diterima, disimpan atau diakomodasi dalam waktu tertentu.
Menurut T. Hani Handoko (1993) pengertian kapasitas terbagi atas:
a.       Design Capacity atau kapasitas terencana, yaitu tingkat kapasitas produksi yang sesuai dengan perencanaan pabrik.
b.      Rated Capacity atau kapasitas perkiraan, yaitu tingkat kapasitas produksi sesuai dengan kemampuan fasilitas secara teoritik. Kapasitas ini biasanya, lebih besar dari kapasitas rencana karena perbaikan-perbaikan periodik dilaksanakan pada mesin atau proses operasi.
c.       Standar Capacity/ Normal Capacity/ Installed Capacity atau kapasitas standar/ normal/ terpasang yaitu kapasitas produksi yang diharapkan dapat dicapai pada kondisi normal.
d.      Actual Capacity atau kapasitas aktual yaitu tingkat kapasitas produksi rata-rata selama periode waktu yang telah di lalui atau  telah dicapai secara aktual.
e.       Maximum Capacity atau kapasitas maksimum  yaitu suatu tingkat kapasitas produksi yang diharapkan dapat dicapai pada kondisi operasi maksimum.

2.      Perencanaan Kapasitas
Perencanaan kapasitas (capacity planning) merupakan keputusan perencanaan strategis jangka panjang yang ditujukan untuk mengadakan seluruh sumber daya produktif yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk dapat dipakai menghasilkan lever produksi tertentu.
Level produksi dimaksudkan sebagai perencanaan agregat untuk menghasilkan volume keluaran tertentu secara tetap (constant level basis), fluktuasi permintaan diharapkan dipenuhi melalui sediaan, khususnya sediaan pengamanan.
Perencanaan kapasitas dirumuskan berdasarkan hasil peramalan permintaan di masa mendatang. Peramalan permintaan biasanya diikuti dengan studi tentang kapasitas produksi perusahaan saingan.
Dalam perencanaan kapasitas ada beberapa faktor yang perli diperhatikan, yaitu:
a.       Perubahan volume permintaan beserta intensitas atau kecepatan perubahannya.
b.      Besarnya biaya oportunitas yang mungkin timbul, yaitu apabila kapasitas produksi di bawah kapasitas permintaan, sebagian pesanan diserahkan pengerjaannya kepada perusahaan lain.
c.       Ketersediaan dana, bahwa setiap satuan kapasitas yang akan diadakan, tentu akan menimbulkan risiko dana investasi tertentu.
d.      Besarnya biaya penyimpanan yang harus dipikul jika terjadi akses terhadap kapasitas yang diadakan.
Keputusan kapasitas akan mempengaruhi tenggang waktu produk (product lead time), tanggapan pelanggan, dan kemampuan bersaing perusahaan. Product lead time merupakan tenggang waktu antara dibuatnya keputusan pengadaan kapasitas sampai sumber daya produktif tersebut menghasilkan keluaran yang di rencanakan.
Menurut Rusel dan Taylor (2000), strategi perencanaan kapasitas dibedakan atas tiga tipe, yaitu:
a.       Capacity lead strategy, suatu strategi pengembangan kapasitas yang bersifat agresif dan dimaksudkan untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan di masa yang akan datang. Strategi ini diharapkan mampu menampung akses permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh pesaing karena keterbatasan kapasitasnya, atau untuk segara mengambil manfaat dari pasar yang tumbuh dengan cepat.
b.      Capacity lag strategy, suatu strategi pengembangan kapasitas yang bersifat konservatif, peningkatan kapasitas dilakukan setelah terjadi peningkatan permintaan pasar. Startegi ini dimaksudkan untuk memaksimumkan maslahat ekonomi investasi, namun dapat berakibat buruk terhadap pelayanan kepada pelanggan. Pelanggan yang tidak terlayani dapat pindah ke perusahaan saingan. Strategi ini memakai asumsi, bahwa pelanggan yang sebelumnya bergeser ke perusahaan saingan, akan kembali ke perusahaan sesudah kapasitasnya ditingkatkan. Pelanggan dipndang sebagai pelanggan yang loyal.
c.       Average capacity strategy, startegi kapasitas rata-rata merupakan suatu strategi pengembangan kapasitas yang diselaraskan dengan rata-rata peningkatan estimasi permintaan. Startegi ini bersifat moderat, manager berasumsi bahwa mereka akan mampu menjual keluaran yang di hasilkan paling tidak sebesar pertambahan yang diperkirakan.

Besarnya volume peningkatan kapasitas sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
a.       Estimasi volume permintaan dan perkiraan jumlah permintaan yang dapat dilayani oleh perusahaan.
b.      Tujuan strategis yang akan dicapai, yaitu tujuan pengembangan, peningkatan mutu layanan kepada pelanggan, atau tujuan persaingan.
c.       Biaya dari ekspansi dan biaya operasi sesudah ekspansi.

3.      Proses Perencanaan Kapasitas
Menurut Elwood S. Buffa (1991), proses dalam perencanaan kapasitas dapat diringkas sebagai berikut:
1)      Memperkirakan permintaan di masa depan, temasuk dampak dari teknologi, persaingan dan lainnya.
2)      Menjabarkan perkiraan itu dalam kebutuhan kapasitas fisik.
3)      Menyusun pilihan rencana kapasitas yang berhubungan dengan kebutuhan itu.
4)      Menganalisis pengaruh ekonomi pada pilihan rencana.
5)      Meninjau risiko dan pengaruh strategi pada pilihan rencana.
6)      Memutuskan rencana pelaksanaan.

4.      Pertimbangan Kapasitas
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006) ada empat pertimbangan khusus bagi keputusan kapasitas yang baik, yaitu:
a.       Ramalkan permintaan secara akurat. Sebuah peramalan yang akurat merupakan hal yang paling pokok bagi keputusan kapasitas.
b.      Memahami teknologi dan peningkatan kapasitas. Jumlah alternatif yang tersedia mungkin cukup banyak, tetapi setelah volume ditentukan, keputusan teknologi dapat dibantu dengan analisis biaya, kebutuhan sumber daya manusia, kualitas dan keandalan.
c.       Temukan tingkat operasi yang optimum (volume). Teknologi dan peningkatan kapasitas sering menentukan ukuran optimum sebuah fasilitas.
d.      Membangun untuk perubahan. Manajer operasi membangun fleksibilitas dalam fasilitas dan peralatan.

5.      Teknik Mengelola Permintaan
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006) ada 4 teknik untuk mengelola permintaan, yaitu:
a.       Permintaan melebihi kapasitas. Jika permintaan melebihi kapasitas, perusahaan dapat membatasi permintaan dengan menaikkan harga, membuat penjadwalan dengan lead time yang panjang dan mengurangi bisnis dengan keuntungan marginal.
b.      Kapasitas melebihi permintaan. Jika kapasitas melebihi permintaan, perusahaan mungkin mengingankan untuk merangsang permintaan melalui pengurangan harga atau pemasaran yang agresif, atau mungkin menyesuaikan diri terhadap pasar melalui perubahan produk.
c.       Penyesuain terhadap permintaan musiman. Sebuah pola permintaan musiman atau siklus permintaan merupakan tantangan yang lain pada kapasitas. Dalam beberaa kasus, manajemen merasa terbantu jika dapat menawarkan produk dengan pola permintaan yang saling melengkapi, yaitu produk-produk di mana satu jenis memiliki permintaan tinggi, dan jenis lain memiliki permintaan rendah.
d.      Taktik untuk menyesuaikan kapasitas dengan permintaan. Terdapat beragam taktik untuk menyesuaikan kapasitas dengan permintaan yang ada. Perunahan internal termasuk proses pada volume tertentu, dilakukan melalui:
1)      Mengubah staf yang ada.
2)      Menyesuaikan peralatan dan proses, meliputi pembelian mesin tambahan, atau menjual atau menyewakan peralatan yang ada.
3)      Memperbaiki metode untuk meningkatkan hasil produksi.
4)      Mendesain ulang produk untuk meningkatkan hasil produksi.


6.      Best Operating Level (BOL)
Best operating level merupakan porsi kapasitas yang dinyatakan dalam persen yang termanfaatkan pada tingkat biaya yang paling rendah. BOL dapat dicapai jika terpenuhinya beberapa syarat berikut:
a.       Perubahan biaya tidak linier dengan perubahan volume produksi. Artinya, produksi bukan berada pada kondisi constant return to scale, tetapi increasing return to scale.
b.      Biaya tetap dapat didistribusikan pembebanannya kepada semua produk yang dihasilkan.
c.       Pekerja akan bekerja lebih efisien jika masa kerjanya bertambah.
d.      Perusahaan akan mendapatkan potongan harga jika membeli sediaan dalam jumlah yang lebih banyak (quantity discount).
(Diadaptasi dari Russel dan Taylor, 2000 dan chase dkk., 2001).

7.      Memperkirakan Kebutuhan Kapasitas Di Masa Depan
Memperkirakan besarnya permintaan jauh di masa depan selalu ada hal-hal yang tidak terduga yang dapat memberikan akibat yang sangat penting seperti resesi ekonomi, perang, embargo minyak bumi, atau penemuan teknologi baru. Oleh karena itu, memperkirakan permintaan juga harus memperhatikan hal-hal tak terduga itu. tetapi penangananya tergantung pada situasinya. Produk yang mapan berkembang dengan stabil dan pasti, sedangkan pasar untuk produk baru mungkin sangat tidak menentu.
a.      Produk Mapan Dengan Perkembangan Permintaan Stabil
Untuk produk yang sudah stabil dan mapan, model-model kausal seringkali sudah mencukupi. Jarang sekali kebutuhan kapasitas ini merata di seluruh sistem produksi. Ada keseimbangan kapasitas diantara bagian-bagian sistem produksi dan ini mencerminkan sifat diskrit dari kapasitas.
b.      Produk Baru dan Situasi Penuh Risiko
Sulit untuk memperkirakan kebutuhan kapasitas untuk produk baru daalam tahap awalnya, atau produk pada tahap perkembangannya yang pesat dalam daur hidup produk. Perkiraan kebutuhan kapasitas dalam situasi seperti ini membutuhkan penekanan yang lebih besar pada distribusi permintaan yang diperkirakan. Perkiraan yang optimis dan pesimis dapat mempunyai akibat yang besar terhadap kebutuhan kapasitas. 

8.      Kapasitas pada PT. Unilever Indonesia Tbk
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) akan menambah kapasitas produksi pabriknya tahun ini. Perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 1,6 triliun.
Mengenai penambahan kapasitas pabrik, Governance and Corporate Affairs Director & Corporate Secretary Unilever Indonesia, perseroan akan membangun pabrik yang telah mencapai kapasitas produksi 80%.
Pada dua tahun terakhir, produk minuman masih berkontribusi besar pada penjualan. Hingga kuar tal III-2016, penjualan bersih Unilever Indonesia mencapai Rp 30,1 triliun atau meningkat 8,2% dibandingkan periode sama 2015. Perseroan mencatat per tumbuhan aset sebesar 101 kali lipat dalam 35 tahun setelah sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada Januari-September 2016, penjualan Unilever Indonesia tercatat naik 9,2 persen menjadi Rp 30,1 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan, laba bersih perseroan  di periode yang sama tumbuh 13,6 persen menjadi Rp 4,75 triliun.
Pada tahun 2020 secara global Unilever memiliki target untuk meningkatkan mata pencaharian 500.000 orang dalam rantai pasokan. Saat ini Unilever telah mengembangkan 31.000 petani kedelai hitam dan gula kelapa sebagai pemasok bahan baku kecap Bango.














BAB III
KESIMPULAN

Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu. Kapasitas juga dapat diartikan sebagai jumlah unit produk yang dapat ditanganin, diterima, disimpan atau diakomodasi dalam waktu tertentu.
Menurut Elwood S. Buffa (1991), proses dalam perencanaan kapasitas dapat diringkas sebagai berikut:
1.      Memperkirakan permintaan di masa depan, temasuk dampak dari teknologi, persaingan dan lainnya.
2.      Menjabarkan perkiraan itu dalam kebutuhan kapasitas fisik.
3.      Menyusun pilihan rencana kapasitas yang berhubungan dengan kebutuhan itu.
4.      Menganalisis pengaruh ekonomi pada pilihan rencana.
5.      Meninjau risiko dan pengaruh strategi pada pilihan rencana.
6.      Memutuskan rencana pelaksanaan.
Memperkirakan besarnya permintaan jauh di masa depan selalu ada hal-hal yang tidak terduga yang dapat memberikan akibat yang sangat penting seperti resesi ekonomi, perang, embargo minyak bumi, atau penemuan teknologi baru.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) akan menambah kapasitas produksi pabriknya tahun ini. Perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 1,6 triliun.
Mengenai penambahan kapasitas pabrik, Governance and Corporate Affairs Director & Corporate Secretary Unilever Indonesia, perseroan akan membangun pabrik yang telah mencapai kapasitas produksi 80%.







DAFTAR PUSTAKA

Heizer, Jay dan Barry Render. 2006. Operations management. Jakarta: Salemba Empat.
Haming, Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin. 2005. Manajemen produksi modern. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Buffa. 1991. Manajemen produksi/operasi modern. Jakarta: Erlangga.
Berita satu. 2017. Ekspansi pabrik, unilever siapkan 1,6 triliun. Diakses dari http://id.beritasatu.com/home/ekspansi-pabrik-unilever-siapkan-rp-16-triliun/155108.
Netral news. 2017. Tingkatkan kapasitas produksi, Unilever Indonesia anggarkan Capex 115 juta euro. Diakses dari
Bisnis wisata. 2015. PT. Unilever Indonesia Tbk resmikan pabrik bumbu masak di Cikarang. Diakses dari http://bisniswisata.co.id/pt-unilever-indonesia-tbk-resmikan-pabrik-bumbu-masak-di-cikarang/.
Hafhazah Lavari. 2012. Strategi bisnis PT. Unilever Indonesia dalam persaingan produk kosmetik di Indonesia tahun 2010-2015. Universitas Riau.